Sejarah Banjar kalimantan Selatan
- 8000 SM :Migrasi I, Manusia ras Austrolomelanesia mendiami gua-gua di pegunungan Meratus. Ras ini melanjutkan migrasi ke pulau Papua dan Australia. Fosilnya ditemukan di Gua Babi di Gunung Batu Buli, Desa Randu, Muara Uya, Tabalong.
- 2500 SM : Migrasi II yaitu bangsa Melayu Proto dari pulau Formosa ke pulau Borneo yang menjadi nenek moyang suku Dayak (rumpun Ot Danum).
- 1500 SM : Migrasi bangsa Melayu Deutero ke pulau Borneo.
- 400 : Migrasi orang India (Tamil) menyebarkan agama Hindu ke Kalimantan, bersamaan dengan migrasi orang Sumatera yang membawa bahasa Melayu dan mulai tumbuhnya Bahasa Banjar Hulu.
- 520 : Munculnya Kerajaan Tanjungpuri di Tanjung, Tabalong yang didirikan suku Melayu.
- 600 : Suku Dayak Maanyan melakukan migrasi ke pulau Bangka selanjutnya ke Madagaskar.
- 1200 : Ampu Jatmika mendirikan pemukiman dan Candi Laras dengan pondasi tiang pancang ulin yang disebut kalang-sunduk di wilayah rawa daerah aliran sungai Tapin dan menobatkan dirinya sebagai raja Kerajaan Negara Dipa.
- 1200 : Ampu Jatmika menaklukan penduduk asli wilayah Banua Lima yaitu lima daerah aliran sungai (DAS) yaitu Batang Alai, Tabalong, Balangan, Pitap, dan Amandit serta daerah perbukitan (Bukit), selanjutnya mendirikan Candi Agung di Amuntai Tengah, Hulu Sungai Utara.
- 1360 : Lambung Mangkurat, Patih Kerajaan Negara Dipa berangkat ke Majapahit untuk melamar Raden Putra, sebagai calon suami Putri Junjung Buih.
- 1362 : Wilayah Barito, Tabalong dan Sawuku menjadi daerah taklukan Kerajaan Majapahit. Hancurnya Kerajaan Nan Sarunai, kerajaan Suku Dayak Maanyan karena serangan Majapahit. Pangeran Suryanata dari Majapahit berhasil menjadi raja Negara Dipa.
- 1400 : Masa Kerajaan Negara Daha, Raden Sekarsungsang menjadi Raja pertama.
- 1526 : Bandarmasih, pemukiman Olohmasih, dipimpin Patih Masih.
- 1526-1550 : Masa pemerintahan Pangeran Samudera (Raja I) di Kerajaan Banjar. Setelah mendapat dukungan Kesultanan Demak untuk lepas dari Kerajaan Negara Daha.
- 24 September 1526/6 Zulhijjah 932 H : Pangeran Samudera memeluk Islam dan bergelar Sultan Suriansyah.
- 1550-1570 : Masa pemerintahan Sultan Rahmatullah (Raja II) di Banjarmasin
- 1570-1620 : Masa pemerintahan Sultan Hidayatullah (Raja III) di Banjarmasin
- 1520-1620 : Masa pemerintahan Sultan Musta'inbillah (Raja IV) di Banjarmasin hingga 1612.
- 1596 : Belanda merampas 2 jung lada dari Banjarmasin yang berdagang di Kesultanan Banten.
- 7 Juli 1607 : Ekspedisi Belanda dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin.
- 1612 : Belanda menembak hancur Banjar Lama (kampung Keraton) di Kuin, sehingga ibukota kerajaan dipindahkan dari Banjarmasin ke Martapura.
- 1734-1759 : Masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I di Martapura.
- 14 Mei 1787 : Pangeran Amir (kakek Antasari) ditangkap Belanda, selanjutnya diasingkan ke Srilangka, setelah mengadakan perlawanan terhadap Belanda dengan 3000 pengikutnya.
- 15 Muharam 1251 H/1825 : Undang Undang Sultan Adam (UUSA 1825).
- 1859 : Sultan Tamjidillah yang disetujui Belanda sebagai raja Banjar, diturunkan dari tahta dan diasingkan ke Kota Bogor.
- 11 November 1858 : Pertama kali meletusnya Perang Banjar, dipimpin Pangeran Antasari.
- 28 April 1859 : Pasukan Antasari menyerang tambang batubara milik Belanda di Pengaron, Banjar.
- 17 Agustus 1860 : Pangeran Antasari mendirikan Benteng Tabalong.
- 4 Mei 1861 : Pertempuran Paringin antara pasukan Antasari melawan Belanda.
- 14 Maret 1862 (13 Ramadhan 1278 H) : Pangeran Antasari ditabalkan sebagai Panembahan.
- 1899 : Residen C.A Kroesen memimpin Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo
- 24 Januari 1905 : Sultan Muhammad Seman, putra Pangeran Antasari gugur melawan Belanda.
- 1915 : Sarekat Islam mendirikan Madrasah Darussalam di Martapura.
- 1919 : Banjarmasin mendapat otonom pemerintahan menjadi Gemeente Bandjermasin.
- 1923 : National Borneo Congres ke-1
- 29-31 Maret 1924 : National Borneo Congres ke-2, dihadiri wakil-wakil Perserikatan Dayak dan Sarekat Islam lokal.
- 5 Maret 1930 : Keluarnya ketetapan no. 253 dan 254 tentang berdirinya cabang Muhammadiyah di Banjarmasin dan Alabio
- 1938 : Wester afdeeling van Borneo, Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo menjadi sebuah propinsi di Hindia Belanda. Gemeente Bandjermasin ditingkatkan menjadi Stads Gemeente Bandjermasin.
- 25 Desember 1941 : Jepang membom Lapangan Terbang Ulin
- 21 Januari 1942 : Jepang menembak jatuh pesawat Catalina-Belanda di sungai Barito perairan Alalak, Barito Kuala,
- 8 Februari 1942 : Jepang memasuki Muara Uya, Tabalong, Gubernur Haga mengungsi ke Kuala Kapuas menuju Puruk Cahu, Murung Raya.
- 10 Februari 1942 : Tentara Jepang memasuki Banjarmasin, sejak 6 Februari 1942 pemerintahan kota sudah vacum.
- Februari 1942 : Dengan persetujuan walikota Banjarmasin H. Mulder dibentuk Pimpinan Pemerintahan Civil (PPC) diketuai Mr. Rusbandi, sebagai pemerintahan sementara.
- 12 Februari 1942 : Tentara Jepang mengeluarkan maklumat kota Bajarmasin dan daerahnya diserahkan kepada PPC (Pimpinan Pemerintahan Civil)
- 5 Maret 1942 : A.A Hamidhan menerbitkan surat kabar Kalimantan Raya
- 18 Maret 1942 : Kiai Pangeran Musa Ardi Kesuma ditunjuk Jepang sebagai Ridzie, penguasa penuh dan tertinggi pemerintah sipil meliputi wilayah Banjarmasin, Hulu Sungai dan Kapuas-Barito (Dayak Besar).
- 17 April 1945 : Rakyat Banjarmasin mulai diwajibkan memberi hormat dengan membungkukkan badan kepada setiap tentara Jepang baik yang naik sepeda, mobil dan sebagainya.
- 6 Mei 1945 : Pembentukan TRI pasukan MN 1001, MKTI (MN=Muhammad Noor)
- 18 Agustus 1945 : Pemerintahan Sukarno-Hatta menunjuk Ir. H. Pangeran Muhammad Noor sebagai gubernurKalimantan
- 23 Agustus 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran GEMIRI (Gerakan Rakyat Mempertahankan Republik Indonesia) di Kandangan, Hulu Sungai Selatan.
- Agustus 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran Badan Pemberontak Rakyat Kalimantan di Kandangan, Hulu Sungai Selatan.
- 23 September 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran Pasukan Berani Mati di Alabio, Hulu Sungai Utara.
- November 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran Laskar Syaifullah di Haruyan, Hulu Sungai Tengah.
- 20 November 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran GERPINDOM (Gerakan Rakyat Pengajar/Pembela Indonesia Merdeka) di Amuntai, Hulu Sungai Utara.
- 1945 : Berdirinya organisasi kelaskaran GERPINDOM (Gerakan Pemuda Indonesia Merdeka) di Birayang, Hulu Sungai Tengah, Barisan Pelopor Pemberontakan (BPPKL) di Martapura, Banjar dan Banteng Borneo di Rantau, Tapin serta Laskar Hasbullah di Martapura, Pelaihari, Rantau dan Hulu Sungai.
- 7 Desember 1945 : Pertempuran Marabahan di Barito Kuala.
- 21 Desember 1948 : Pertempuran Hawang, Hulu Sungai Tengah.
- 2 Januari 1949 : Pertempuran di Negara di Hulu Sungai Selatan (Palagan Nagara).
- 6 Februari : Pertempuran Pagatan di Tanah Bumbu.
- 17 Mei 1949 : Proklamasi Gubernur Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan oleh Letkol. Hasan Basry (Pahlawan Nasional).
- 3 Juni 1949 : Pertempuran Serangan Umum Kota Tanjung di Tabalong.
- 15 April 1949 : Pertempuran Batakan di Tanah Laut.
- 8 Agustus 1949 : Pertempuran Garis Demarkasi di Karang Jawa, Kandangan, Hulu Sungai Selatan.
- 9 November 1949 : Pertempuran di Banjarmasin.
- 1 Mei 1952 : Berdirinya Kabupaten Amuntai.
- 14 Januari 1953 : Perubahan nama Kabupaten Amuntai menjadi Kabupaten Hulu Sungai Utara.
- 23 September 1953 : Wafatnya Ratu Zaleha, putri Sultan Muhammad Seman, sebelumnya diasingkan di Cianjur.
- 7 Desember 1956 : Terbentuknya provinsi Kalsel yaitu gabungan dari Kotawaringin, Dayak Besar, Daerah Banjar dan Federasi Kalimantan Tenggara. Belakangan Pasir (bagian Federasi Kalimantan Tenggara) bergabung ke provinsi Kalimantan Timur.
- 23 Mei 1957 : Wilayah Kotawaringin dan Dayak Besar membentuk provinsi Kalimantan Tengah.
- 10 November 1991 : Peresmian Museum Wasaka oleh Gubernur Kalsel Ir. H. Muhammad Said
- 23 Mei 1997 : Peristiwa Jumat Kelabu di Banjarmasin, kampanye pemilu yang berakhir kerusuhan bernuansa SARA (partai)
- 2005 : Terpilihnya H. Rudi Ariffin sebagai gubernur untuk masa jabatan 2005-2009
Suku Bangsa
Kelompok etnik di Kal-Sel menurut Museum Lambung Mangkurat, antara lain :
- Orang Banjar Kuala, Banjarmasin sampai Martapura,
- Orang Banjar Batang Banyu, Margasari sampai Kelua
- Orang Banjar Pahuluan, Tanjung sampai Pelaihari (luar Martapura)
- Suku Barangas di Berangas, Ujung Panti, Lupak, Aluh Aluh
- Suku Bakumpai di Bakumpai, Marabahan, Kuripan, Tabukan
- Suku Maanyan: Dayak Warukin, Pasar Panas, Dayak Balangan,Dayak Samihim
- Suku Abal di Kampung Agung sampai Haruai
- Suku Dusun Deyah di Muara Uya, Gunung Riut, Upau
- Suku Lawangan di , Muara Uya Utara
- Suku Bukit di Awayan(Dayak Pitap), Haruyan, Hantakan, Loksado, Piani, Paramasan, Bajuin, Riam Adungan, Sampanahan, Hampang
- Orang Madura Madurejo di Pengaron, Mangkauk
- Orang Jawa Tamban di Purwosari
- Orang Cina Parit di Pelaihari
- Suku Bajau di Kotabaru, Tanjung Batu
- Orang Bugis Pagatan di Pagatan
- Suku Mandar di pulau Laut dan pulau Sebuku
(Sumber : Peta alam dan foto kelompok etnik Kalimantan Selatan, Museum Lambung Mangkurat, no.11 s.d 16 suku pendatang dari luar Kalimantan).
Delapan etnik terbanyak di Kal-Sel menurut sensus 2000 (Dalam sensus belum disebutkan beberapa suku kecil yang merupakan penduduk asli) :
Nomor | Sukubangsa | Jumlah |
1 | suku Banjar | 2.271.586 jiwa |
2 | suku Jawa | 391.030 jiwa |
3 | suku Bugis | 73.037 jiwa |
4 | Suku Madura | 36.334 jiwa |
5 | Suku Bukit (Dayak Meratus) | 35.838 jiwa |
6 | Suku Mandar | 29.322 jiwa |
7 | Suku Bakumpai | 20.609 jiwa |
8 | Suku Sunda | 18.519 jiwa |
9 | Suku-suku lainnya | 99.165 jiwa |
Total penduduk Propinsi Kalsel tahun 2000 : 2.975.440 jiwa
(Badan Pusat Statistik - Sensus Penduduk Tahun 2000)
Kelompok etnik berdasarkan urutan keberadaannya di Kalsel:
- Austrolo-Melanosoid (sudah punah)
- Dayak (rumpun Ot Danum)
- Suku Dayak Bukit
- Suku Banjar (1526)
- Suku Bajau, Suku Bugis (1750), Suku Mandar
- Suku Jawa, Suku Madura
- Etnis Tionghoa-Indonesia, Etnis Arab-Indonesia
- Etnis Eropa (1860-1942, sudah punah)
Daftar Kabupaten dan Kota
No. | Kabupaten/Kota | Ibu kota |
---|---|---|
1 | Kabupaten Balangan | Paringin |
2 | Kabupaten Banjar | Martapura |
3 | Kabupaten Barito Kuala | Marabahan |
4 | Kabupaten Hulu Sungai Selatan | Kandangan |
5 | Kabupaten Hulu Sungai Tengah | Barabai |
6 | Kabupaten Hulu Sungai Utara | Amuntai |
7 | Kabupaten Kotabaru | Kotabaru |
8 | Kabupaten Tabalong | Tanjung |
9 | Kabupaten Tanah Bumbu | Batulicin |
10 | Kabupaten Tanah Laut | Pelaihari |
11 | Kabupaten Tapin | Rantau |
12 | Kota Banjarbaru | - |
13 | Kota Banjarmasin | - |
Peninggalan sejarah dan purbakala :
- Masjid Sultan Suriansyah di Kuin Utara, Banjarmasin Utara, Banjarmasin
- Komplek Makam Sultan Suriansyah di Banjarmasin Utara, Banjarmasin
- Komplek Makam Pangeran Antasari di Banjarmasin Tengah, Banjarmasin
- Makam Surgi Mufti di Surgi Mufti,Banjarmasin Tengah, Banjarmasin
- Makam Ratu Zaleha di Banjarmasin Tengah, Banjarmasin
- Rumah Bubungan Tinggi Teluk Selong Ulu di Teluk Selong Ulu, Martapura, Banjar
- Rumah Gajah Baliku Teluk Selong Ulu di Teluk Selong, Martapura, Banjar.
- Rumah Balai Bini Desa Teluk Selong Ulu di desa Teluk Selong Ulu, Martapura, Banjar.
- Rumah Palimbangan Desa Pasayangan di Pasayangan, Martapura, Banjar.
- Makam Datu Ambulung di Martapura, Banjar.
- Masjid Jami Sungai Batang di Martapura, Banjar
- Monumen ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan di Gambut, Banjar
- Makam Sultan Adam di Kelurahan Jawa Martapura, Banjar
- Makam Sultan Inayatullah di Kampung Keraton Martapura, Banjar
- Makam Sultan Sulaiman Saidullah di Desa Lihung, Karang Intan, Banjar
- Benteng Tabanio di Tanah Laut
- Makam Keramat Istana, di Tanah Laut
- Makam Datu Ingsat di Tanah Laut
- Candi Laras di Kecamatan Candi Laras Selatan, Tapin
- Masjid Almukarromah di Banua Halat Kiri, Tapin
- Makam Datu Sanggul di Tatakan, Tapin
- Masjid Gadung Keramat di Tapin
- Rumah Bubungan Tinggi Desa Lawahan, Tapin
- Masjid Su'ada di Wasah Hilir, Simpur, Hulu Sungai Selatan
- Benteng Gunung Madang, di Sei Madang, Hulu Sungai Selatan
- Makam Haji Saadudin di Taniran, di Hulu Sungai Selatan
- Makam Datu Patinggi Mandapai di Hulu Sungai Selatan
- Makam Tumpang Talu di Hulu Sungai Selatan
- Gedung Musyawaratutthalibin di Simpur, Hulu Sungai Selatan
- Rumah Bubungan Tinggi Desa Tibung di Kandangn, Hulu Sungai Selatan
- Rumah Bubungan Tinggi Desa Baruh Kambang di Negara, Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan
- Rumah Bubungan Tinggi Desa Habirau di Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan
- Rumah Perjuangan di Karang Jawa, Kandangan, Hulu Sungai Selatan
- Rumah Perjuangan di Durian Rabung, Hulu Sungai Selatan
- Rumah Bersejarah di Simpur, Hulu Sungai Selatan
- Monumen 17 Mei, Niih, di Hulu Sungai Selatan
- Masjid Keramat Pelajau di Hulu Sungai Tengah
- Makam 23 Pejuang di Hulu Sungai Tengah
- Makam Pangeran Kacil di Hulu Sungai Tengah
- Makam Tumenggung Jayapati di Hulu Sungai Tengah
- Candi Agung di Paliwara, Amuntai Tengah, Hulu Sungai Utara
- Masjid Tua Sungai Banar di Hulu Sungai Utara
- Masjid Jami Assuhada di Hulu Sungai Utara
- Rumah Adat Banjar Bubungan Tinggi di Hulu Sungai Utara
- Masjid Basar Pandulangan di Hulu Sungai Utara
- Masjid Pusaka dan Makam Penghulu Rasyid di Banua Lawas, Tabalong
- Makam Gusti Buasan di Tabalong
- Masjid Jami Puain Kanan di Tanta, Tabalong
- Goa Babi di Desa Randu, Muara Uya, Tabalong
- Makam Syekh Muhammad Nafis Al-Banjari di Kelua, Tabalong
- Makam Ratu Intan di Bakau, Pamukan Utara, Kotabaru
- Kompleks Makam Raja-raja Kotabaru di Pulau Laut Utara, Kotabaru
- Makam Syekh Haji Muhammad Arsyad di Tanah Bumbu
- Makam Pangeran Agung di Tanah Bumbu
- Makam Haji Japeri di Barito Kuala
- Makam Panglima Wangkang di Marabahan, Barito Kuala
- Rumah Bulat (Rumah Joglo Desa Penghulu) di desa Penghulu, Marabahan, Barito Kuala
- Rumah Gajah Baliku Desa Penghulu di Marabahan, Barito Kuala
- Makam Datuk Aminin di Barito Kuala
Masjid Sultan Suriansyah
Masjid Sultan Suriansyah adalah sebuah masjid bersejarah yang merupakan masjid tertua di Kalimantan Selatan. Masjid ini dibangun di masa pemerintahan Sultan Suriansyah (1526-1550), raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam. Masjid ini terletak di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin Utara, Banjarmasin, kawasan yang dikenal sebagai Banjar Lama merupakan situs ibukota Kesultanan Banjar yang pertama kali.
Bentuk arsitektur dengan konstruksi panggung dan beratap tumpang, merupakan masjid bergaya tradisional Banjar. Masjid bergaya tradisional Banjar pada bagian mihrabnya memiliki atap sendiri terpisah dengan bangunan induk. Masjid ini didirikan di tepi sungai Kuin.
Masjid Kuno
Kekunoan masjid ini dapat dilihat pada 2 buah inskripsi yang tertulis pada bidang berbentuk segi delapan berukuran 50 cm x 50 cm yakni pada dua daun pintu Lawang Agung. Pada daun pintu sebelah kanan terdapat 5 baris inskripsi Arab-Melayu berbunyi : " Ba'da hijratun Nabi Shalallahu 'alahihi wassalam sunnah 1159 pada Tahun Wawu ngaran Sultan Tamjidillah Kerajaan dalam Negeri Banjar dalam tanah tinggalan Yang mulia." Sedangkan pada daun pintu sebelah kiri terdapat 5 baris inskripsi Arab-Melayu berbunyi: "Kiai Damang Astungkara mendirikan wakaf Lawang Agung Masjid di Nagri Banjar Darussalam pada hari Isnain pada sapuluh hari bulan Sya'ban tatkala itu (tidak terbaca)" . Kedua inskripsi ini menunjukkan pada hari Senin tanghgal 10 Sya'ban 1159 telah berlangsung pembuatan Lawang Agung (renovasi masjid) oleh Kiai Demang Astungkara pada masa pemerintahan Sultan Tamjidillah I (1734-1759).
Pada mimbar yang terbuat dari kayu ulin terdapat pelengkung mimbar dengan kaligrafi berbunyi "Allah Muhammadarasulullah". Pada bagian kanan atas terdapat tulisan "Krono Legi : Hijrah 1296 bulan Rajab hari Selasa tanggal 17", sedang pada bagian kiri terdapat tulisan : "Allah subhanu wal hamdi al-Haj Muhammad Ali al-Najri".
0 komentar:
Posting Komentar